Sejak awal memasuki dunia perkuliahan mahasiswa diberikan pemahaman bahwa arsitektur adalah bangunan tapi tidak semua bangunan adalah arsitektur. Apa yang membedakan antara bangunan dan arsitektur? Pada umumnya digunakan elemen arsitektur oleh Marcus Vitruvius Pollio untuk menjelaskannya dan menjadikan elemen venustas yang kemudian dipahami dengan kebahagiaan, kesenangan, gairah yang belakangan direduksi menjadi estetika sebagai pembeda di antara keduanya. Bangunan walaupun memenuhi elemen utilitas yang dipahami dengan fungsi, kegunaan dan elemen firminitas yang dipahami dengan materialitas, soliditas, kekuatan, namun jauh dari kesan indah, tak dapat menimbulkan kesan kesenangan, apalagi memicu gairah karenanya dikategorikan sebagai civil building. Dalam arti lain hanya sebatas bangunan bentukan manusia yang tak memiliki nilai estetis. Jadi memang tak aneh jika pada fase-fase awal perkuliahan mahasiswa ditekankan untuk mempelajari estetika bentuk.
Seiring pembahasan, elemen arsitektur oleh Vitrivius yang kemudian dipahami dalam kerangka arsitektur modern yang rasional digunakan untuk menilai bangunan tradisional yang bertujuan untuk mensubordinasikannya sehingga menjadikan bangunan modern sebagai satu-satunya arsitektur yang sah. Bangunan tradisional banyak dinilai oleh kalangan modernis tak memiliki standarisasi untuk mewadahi suatu fungsi, tak memiliki kekuatan, apalagi keindahan estetis yang terpancar dari keteraturan susunan formalnya. Tentu saja kalangan tradisionalis pun tak berpangku tangan dan tak ketinggalan untuk memahami elemen arsitektur oleh Vitrivius dengan pendekatan yang berbeda. Jadilah konsep tersebut bebas tafsir dan diperebutkan untuk mengukuhkan eksistensi ideologi masing-masing pihak.