Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berupaya mengetengahkan persoalan, apakah Estetika Formal dapat digunakan sebagai pendekatan dalam Estetika Islam dengan menguliti Estetika Formal untuk menemukan titik kritis dan persinggungannya dengan Estetika Islam. Tentu pandangan saya belumlah selesai, bahkan dibanyak bagian argumentasi yang saya sampaikan tidak memadai, sehingga terbuka lebar ruang kritik, sanggahan dan masukan dari pihak yang lebih menguasai dan otoritatif dalam topik bahasan ini. Berikut adalah analisis saya:
Pertama, pendekatan tunggal. Estetika Formal yang lahir dari rahim Peradaban Barat Modern memiliki sifat hegemonik yang ditopang oleh struktur oposisi-biner, yakni hanya mengakui Estetika Formal sebagai satu-satunya pendekatan yang sah dan ilmiah sambil merendahkan pendekatan estetika lain dengan menjustifikasinya sebagai tidak ilmiah, subyektif, mistik, primitif dan sejumlah label merendahkah semisalnya. Pengukuhannya sebagai pendekatan tunggal merupakan sikap penolakan Estetika Formal terhadap sumber kebenaran-keindahan selain yang diakuinya. Berarti Estetika Formal tidak mengakui kebenaran-keindahan di luar saluran kebenaran rasio dan pancaindra.
Muatan epistemologis Estetika Formal memiliki perbedaan dengan Islam. Dalam Epistemologi Islam, wahyu Ilahi menempati posisi puncak sebagai saluran kebenaran diikuti dengan ilham yakni hikmah yang diberikan langsung oleh ALLAH tanpa perantara ke dalam diri hamba yang dipilih-Nya. Sementara rasio dan pancaindra diakui sebagai saluran yang dapat menghantarkan manusia kepada kebenaran, tapi menempati tingkat saluran kebenaran setelah wahyu dan ilham disebababkan sifat partikular dan keterbatasannya mencerap realitas.